To Buy or Not to Buy?
LATAR BELAKANG
Pertama sekali mohon maaf jika judulnya tidak dalam Bahasa Indonesia, ini semata-mata saya belum menemukan kata pengganti yang cocok tapi tidak bertele-tele dan memang suatu plesetan dari dialog karya Shakespeare: Hamlet.
Tulisan ini dipicu oleh pesatnya perkembangan teknologi yang memungkinkan munculnya berbagai model kamera digital baru dalam jangka waktu yang cukup singkat.
Hampir setiap tahun pabrik2 pembuat kamera mengeluarkan model baru dengan fitur yang lebih lengkap, batere yang lebih awet, kinerja yang lebih baik, dan intinya menjanjikan hasil foto yang lebih cantik.
ANALISA MASALAH
Sebagai penggemar fotografi tentunya kita sudah memahami bahwa membuat foto yang bagus tidak hanya ditentukan oleh alatnya. Namun tidak urung fenomena munculnya kamera-kamera model baru tadi mengakibatkan:
- Rasa minder dan kurang percaya diri bagi pemilik kamera model sebelumnya.
- Rasa kecewa dan kesal bagi para konsumen yang baru saja membeli model yang tergantikan/terbaharui.
- Kebingungan bagi calon pembeli kamera terutama pemula.
- Muncul suara-suara sumbang dari kubu penggemar merek saingan yang membuat semakin bingung para pemilik kamera.
- Seberapa sering kita memotret? (misal: sepuluh gambar dalam sebulan, limaratus gambar dalam sehari)
- Situasi memotret yang bagaimana yang paling sering kita hadapi? (misal: dalam ruangan, lapangan olahraga, perjalanan, studio, dsb.)
- Berapa anggaran yang kita sediakan?
- Seberapa perlu untuk memiliki kamera tersebut? (misal: harus punya besok, karena untuk memotret adik Anda yang akan menikah lusa)
- Target waktu 'balik modal' dari kamera yang akan kita beli tersebut?
Tips: jika Anda bukan profesional dalam arti dapurnya ngebul bukan dari fotografi, 'balik modal' bisa diukur dari kefasihan Anda dalam memahami penggunaan kamera tersebut. Contoh: jika Anda masih perlu lebih dari 2 detik dalam menyetel mirror lock-up atau white balance, mungkin kamera Anda itu masih belum 'balik modal'.
TENTUKAN PRIORITAS
Masih banyak lagi faktor yang bisa menjadi bahan pertimbangan, tapi beberapa butir yang saya sebutkan di atas kiranya cocok untuk Anda membuat daftar prioritas berdasarkan fitur-fitur yang diinginkan dari sebuah kamera seperti kepekaan ISO, kecepatan start-up, ketahanan batere, mode metering, kelengkapan asesori, dsb. Contoh daftar fitur yang baik salah satunya seperti di situs DPREVIEW (www.dpreview.com). Pada setiap review kamera, situs tersebut menyertakan spesifikasi berdasarkan:
- Price
- Body Material
- Sensor
...dsb.
..dst. - Weight
- Dimension
Bagi prioritas fitur yang Anda inginkan menjadi tiga tingkatan:
- Prioritas 1: Must have. Kamera tersebut harus memiliki fitur ini.
- Prioritas 2: Good to have. Fitur yang dianggap penting namun bisa dikorbankan jika memang tidak tersedia.
- Prioritas 3: Nice to have. Fitur yang tidak penting, tapi kalaupun ada tentu lebih menyenangkan.
Penting: dalam menyiapkan budget untuk membeli kamera, jangan lupa alokasikan juga budget untuk membeli kartu memori (misalnya: CF/SD/Memory Stick), batere cadangan, lensa (untuk DSLR), dsb. jika memang belum punya.
KESIMPULAN
Sekedar bertanya atau minta pendapat pada teman-teman atau penjual di toko kamera� memang boleh-boleh saja. Tapi tidak ada yang lebih mengenal karakteristik memotret Anda daripada Anda sendiri, sedangkan karakteristik tersebut adalah panduan utama dalam menentukan pilihan sebuah alat fotografi.
Apakah Anda jadi/tidak jadi membeli sebuah kamera baru, atau menukar kamera lama dengan model baru, tentu alasan sesungguhnya hanya Anda yang tahu. Jika Anda sudah melakukan analisa dan menentukan prioritas seperti di atas maka tidak akan ada rasa kecewa dan kesal akan keputusan Anda tersebut.
Biar saja pihak lain menggoda atau bahkan mencemooh, tapi Anda tahu betul bahwa inilah kamera yang betul-betul cocok untuk Anda saat ini, tidak sekedar karena ikut-ikutan, dan Anda memang tidak salah pilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar